BAROMETER.ID (Riyadh): Sejak Pangeran Mohammed Bin Salman (MBS) memimpin Arab Saudi, negara teluk itu kini menampilkan wajah baru dan menjadi lebih moderat. Pemandangan berbeda kini bisa disaksikan di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh.
Di wilayah ibu kota itu, kini banyak perempuan tampil tanpa baju gamis atau abaya (baju gamis khas jazirah Arab yang longgar yang biasa dikenakan kaum perempuan Arab). Mereka juga tidak lagi mengenakan cadar.
Arab Saudi memang mulai menampilkan wajah baru yang lebih terbuka. Kini sudah banyak perempuan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh yang tidak mengenakan abaya hingga cadar.
Kini perempuan di sana banyak yang memakai jilbab biasa dengan pakaian kekinian, terutama di tengah hiruk pikuk warga saat sebelum tahun baru 2023, seperti dikutip dari The National.
Dikutip dari berbagai sumber, di Bandara Internasional King Khalid Riyadh, tampak laki-laki dan perempuan mengantre di jalur yang sama di bagian bea cukai tanpa ada pemisahan antar keduanya.
Keterbukaan di Riyadh dan penghapusan aturan jarak sosial ini tentu saja mengubah tatanan kehidupan sehari-hari warga secara signifikan.
Pada 16 Desember 2022 lalu, Otoritas Arab Saudi melarang abaya dikenakan murid perempuan saat ujian sekolah. Kebijakan itu dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Komisi Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Saudi (Education and Training Evaluation Commission/ETEC) Saudi.
ETEC menyatakan penting mematuhi pakaian sesuai aturan untuk menjaga kesopanan publik di ruang ujian. “Dilarang mengenakan abaya pada saat ujian,” demikian pernyataan ETEC.
Badan tersebut kemudian meminta murid mengenakan seragam sekolah saat ujian. Seluruh pakaian yang dikenakan siswa harus selaras dengan aturan kesopanan publik di Saudi.
Perubahan yang terjadi di negara teluk itu, khususnya di Ibu Kota Riyadh, mulai terasa sejak MBS naik tahta. Kini Abaya tak lagi diwajibkan di Saudi terutama di Riyadh. Semua berawal ketika pada 2018, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) membolehkan perempuan tak memakai abaya maupun hijab asal tetap berpakaian sopan.
“Keputusan sepenuhnya diserahkan kepada perempuan untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan terhormat yang dia pilih untuk dikenakan,” kata MbS kala itu.
Memang sejak Pangeran MbS memimpin Saudi, dia banyak melakukan perubahan yang membuat negara ini menuju moderat dan modernisasi. Di antaranya melonggarkan aturan bagi perempuan, mulai dari boleh bepergian sendiri tanpa mahram, tinggal sendiri, hingga bisa bekerja di ruang publik.
Pangeran MbS juga merilis Visi 2030. Visi ini merupakan kerangka strategi dan misi Saudi mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak sebagai sumber utama pemasukan.
Demi mencapai target visi tersebut, Arab Saudi melonggarkan aturan norma dan budaya yang ketat untuk menggenjot sektor pariwisata dan kunjungan wisatawan. (*)
Editor: ak
Discussion about this post