BAROMETER.ID – Sebagai orang tua kita sering dihadapkan pada tingkah anak yang menguji kesabaran. Hal tersebut sangat wajar, karena dia belum bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk. Tapi, supaya perilaku tersebut tidak terus berlanjut sampai dia dewasa maka orang tua harus bisa mengajarkannya perihal konsekuensi.
Mengajarkan konsekuensi dengan cara yang tepat akan membuat anak paham dan selalu mengingat bahwa perilaku buruk akan memberi dampak yang tidak menyenangkan. Hal tersebut juga akan turut membentuk karakter tanggung jawab pada anak.
Mungkin cara-cara berikut bisa dicoba dipraktikkan ke anak untuk mengajarkannya tentang konsekuensi:

1. Tetapkan konsekuensi yang jelas
Memberikan konsekuensi terhadap kesalahan anak harus diungkapkan secara jelas. Mengatakan, “Kamu gak boleh main sampai besok” adalah sesuatu yang kurang tepat. Karena anak akan menganggap itu hanya sebatas main-main, dan besok semua kembali normal.
Dilansir dari Verywellfamily, Amy Morin, LSCW, seorang psikoterapis menyebutkan tindakan tersebut akan membuat anak berpikir segala sesuatu akan segera berakhir. Sebaiknya, selain memberikan durasi, kamu juga harus menetapkan sesuatu yang harus anak selesaikan.
Morin memberikan tips, sebaiknya mengatakan, “Kamu bisa mendapatkan ponselmu kembali selama satu jam setelah pekerjaan rumahmu selesai.” Sehingga, selain memberi waktu, kita juga memberi alasan kenapa dia sampai harus diberi hukuman.
2. Pembelajaran konsekuensi untuk anak di bawah 3 tahun
Mengajarkan konsekuensi kepada anak gak bisa disamaratakan. Kita harus pahami dulu karakter dan tumbuh kembang anak. Morin menjelaskan untuk anak di bawah 3 tahun ketika ia melanggar aturan, ingatkan dan beri tahu jika hal tersebut terulang maka kamu akan mendiamkannya.
Memberikan pembelajaran konsekuensi terhadap anak di bawah 3 tahun, berarti kamu harus siap menindaklanjuti jika dia tidak patuh. Jika anak melakukan hal yang sama meskipun telah diberi konsekuensi, sebaiknya singkirkan dia dari situasi serupa untuk jangka waktu tertentu sampai dia bisa paham mengenai tindakannya.

3. Beri perhatian positif
Mengajarkan terkait konsekuensi tak selalu harus memberika hukuman atas kesalahan yang dibuat. Orang tua juga perlu menciptakan hubungan yang positif. Morin mengemukakan, secara tidak langsung hal tersebut akan membuat anak patuh dan lebih disiplin. Sehingga saat kita menyampaikan terkait konsekuensi akan berjalan lebih efektif.
“Semakin banyak memberikan perhatian dan waktu dengan anak, maka akan lebih sedikit waktu yang dihabiskan anak untuk melakukan sesuatu yang buruk,” tuturnya.
4. Buat konsekuensi yang bertujuan mengubah perilaku buruk anak
Konsekuensi diberikan kepada anak agar bisa paham terkait kesalahannya dan lebih bertanggung jawab terhadap hal yang dilakukannya. Dikutip dari Empoweringparents, James Lehman, M.S.W., seorang penulis topik permasalahan perilaku, menyebutkan konsekuensi berarti memberi pengarahan kepada anak untuk bisa memperbaiki sikapnya.
Untuk bisa merubah perilaku buruk tersebut tak bisa dilakukan dengan instan. Artinya, berikan konsekuensi secara bertahap. Misalnya, ketika anak enggan membereskan kamarnya maka berikan konsekuensi bahwa kamu tak akan membantu membersihkannya. Saat dia mulai mencoba membersihkan kamarnya kita bisa membantu hingga akhirnya dia terbiasa melakukannya sendirian.
5. Berikan konsekuensi segera saat anak melakukan kesalahan
Konsekuensi yang terbaik adalah yang dilakukan sesegera mungkin ketika anak berbuat salah. Menunda konsekuensi tak akan seefektif ketika melakukannya saat itu juga.
“Konsekuensi langsung dapat memastikan anak mengingat mengapa dia mendapatkan masalah sejak awal. Jika ditunda seminggu, dia akan cenderung lupa aturan apa yang telah dilanggarnya. Selain itu, merasakan konsekuensi sesaat setelah anak berbuat salah dapat memotivasinya untuk tidak melakukan hal serupa,” ucap Morin.
Mengajarkan konsep konsekuensi dapat membentuk karakter anak yang disiplin dan bertanggung jawab sehingga dia akan menghindari hal-hal yang kurang baik karena akan berakibat buruk. Tips ini bisa diterapkan sesuai kebutuhan dan karakter anak. (barometer.id)
Discussion about this post