BAROMETER.ID (Havana): Duta Besar Republik Indonesia untuk Kuba, Nana Yuliana, berupaya memperkuat hubungan bilateral kedua negara melalui Program 4P, yakni: Political Enggament, Promotion of Economic Cooperation, People to People Contact, dan Protection of Indonesian in Cuba.
Program 4P ini disampaikan Nana dalam pertemuan dengan Presiden Prensa Latina, Luis Enrique Gonzales Acosta, di kantor agensi berita nasional Kuba itu di Calle E, Vedado, La Habana, Kamis (9/2/2023) lalu.
“Indonesia dan Kuba selama ini saling memberikan dukungan di PBB. Indonesia juga ikut mendorong keketuaan Kuba di G-77 saat ini,” ujar Nana Yuliana.
G-77 merupakan koalisi negara berkembang anggota PBB. Koalisi ini didirikan 77 negara anggota PBB, termasuk Indonesia, pada 15 Juni 1964. Saat ini anggota G-77 telah berkembang menjadi 134 negara anggota PBB. Kuba menjadi ketua G-77 Tahun ini.
Di bidang ekonomi, Nana berharap volume perdagangan kedua negara yang saat ini berada di kisaran 10 juta dolar AS dapat meningkat. Saat ini, produk utama Indonesia yang diimpor Kuba antara lain: kertas, tekstil, furniture, dan sepatu. Adapun Indonesia mengimpor cerutu dan obat-obatan kanker dari Kuba.
Dalam pertemuan tersebut, dia juga menggarisbawahi kerja sama bidang kesehatan. Dia menyampaikan pada Maret tahun lalu telah bertemu pihak Center for Genetic Engineering and Biotechnology (CIGB), sebuah lembaga penelitian dan pengembangan produk biomedis untuk pencegahan dan pengobatan penyakit menular, kardiovaskular, neurodegeneratif, kanker, peradangan, autoimunitas dan cytoprotectio, termasuk vaksin Covid-19.
Saat ini tengah dirancang kerja sama pembuatan vaksin bersama antara CIGB dan PT Biofarma. Selain itu, investor asal Indonesia, Archipelago International, sejak tahun lalu mengoperasikan Hotel Grand Aston La Habana di kawasan Vedado.
Resepsi Hubungan Diplomatik
Dalam pertemuan ini, Nana Yuliana juga menyampaikan undangan resepsi perayaan 63 tahun hubungan diplomatik kedua negara yang akan diselenggarakan di Wisma Duta pada 17 Februari mendatang.
Hubungan diplomatik kedua negara ditandai kunjungan Presiden Sukarno ke Havana pada 22 Januari 1960. Sebelumnya di akhir Juli 1959 tokoh revolusioner Kuba, Che Guevara, berkunjung ke Indonesia. Kunjungan Che ke beberapa negara Asia dan Afrika saat itu adalah untuk mengabarkan kemenangan revolusi Kuba.
Kembali dari tur Asia-Afrika, Che Guevara diangkat menjadi Gubernur Bank Sentral Kuba sampai 1961, lalu menjadi Menteri Perdagangan Kuba dari tahun 1961 sampai 1965.
KBRI Havana secara resmi dibuka pada 1963. Pada 1971, KBRI Havana ditutup sementara dan urusan diplomatik dilakukan melalui KBRI di Meksiko. Kemudian pada 1995, KBRI Havana kembali beroperasi seperti biasa sampai sekarang.
Nana mengatakan salah satu agenda dalam resepsi peringatan hubungan diplomatik Indonesia-Kuba pekan depan adalah pemberian penghargaan kepada sejumlah individu dan lembaga di Kuba yang dinilai berkontribusi positif dalam memperkuat hubungan kedua negara. Prensa Latina salah satu yang akan menerima penghargaan.
“Kami berterima kasih atas dukungan Presensa Latina untuk hubungan baik kedua negara,” ujar Nana Yuliana.
Kerja Sama Media
Dalam pertemuan ini, Nana juga mendorong agar MoU antara LKBN Antara dan Prensa Latina mengenai kerja sama pemberitaan yang ditandatangani pada 2014 lalu dapat segera diaktifkan.
Menurutnya, kerja sama ini diperlukan untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan people to people kedua negara. Selain itu, dia membuka peluang kerja sama serupa antara Prensa Latina dan organisasi perusahaan pers Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).
Menanggapi peluang yang disampaikan duta besar Indonesia untuk Kuba tersebut, Ketua Umum JMSI Teguh Santosa yang sedang berada di Havana ikut dalam kunjungan ke kantor Presensa Latina mengatakan pihaknya bersedia dan akan menindaklanjuti tawaran ini.
Teguh berada di Havana untuk menghadiri seminar yang diselenggarakan Cuba Socialista.
Hal senada disampaikan Presiden Prensa Latina, Luis Enrique Gonzales Acosta. Dalam pertemuan ini, Luis Enrique didampingi Pemimpin Redaksi Prensa Latina, Martin Hachtoun, dan Direktur Hubungan Internasional, Conchita Bofill Feliciano. (Red)
Discussion about this post