JAKARTA (BAROMETER): Muhammadiyah, PBNU dan MUI mendukung langkah dinas sosial (dinsos) melakukan penertiban gaya berpakaian untuk menghormati nilai-nilai agama dan budaya bangsa.
Dukungan Muhammadiyah dan PBNU ini berkaitan dengan kemunculan remaja laki-laki berdandan seperti wanita di Citayam Fashion Week (CFW) di Dukuh Atas, Jakarta Pusat (Jakpus).
“Langkah Dinsos DKI bisa dipahami dan bisa dibenarkan secara hukum,” ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, kepada wartawan, Senin (25/7/2022).
Mu’ti mengatakan sesuai UUD, masyarakat memiliki hak dan kebebasan berekspresi. Namun, kebebasan itu hendaknya dilakukan dengan tetap menghormati nilai-nilai agama dan budaya bangsa.
“Tidak seharusnya, ajang Citayam Fashion Week menimbulkan keresahan masyarakat, mengganggu ketertiban lalu lintas, dan kesantunan,” jelas Mu’ti.
Pendapat senada disampaikan Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur. Dia juga mendukung langkah penertiban pria berdandan bak wanita di Citayam Fashion Week.
“Memang sebaiknya Pemprov bisa menertibkan anak-anak laki-laki yang berpakaian atau bertingkah kemayu atau ‘keperempuanan’ itu,” kata Fahrur.
Dia merasa sangat prihatin bila Citayam Fashion Week dijadikan ajang promosi bagi LGBT. “Islam tegas melarang laki-laki menyerupai perempuan atau sebaliknya,” ujar Fahrur.
“Larangan tersebut tak hanya berkaitan dengan persoalan busana, melainkan juga cara berjalan dan berbicara. Sebuah hadis menyebutkan ‘Allah melaknat perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki dan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan’,” ujarnya.
Fahrur menambahkan fashion show diperbolehkan selama dilakukan untuk dakwah Islam dan syiar busana Islami. Selain itu, penonton laki-laki dan perempuan tidak boleh tercampur.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Waketum MUI) yang juga pengamat sosial ekonomi dan keagamaan, Anwar Abbas, turut mengkritik keberadaan pria ‘kemayu’ di Citayam Fashion Week.
Anwar menambahkan fenomena lelaki ‘kemayu’ merupakan tindakan yang tidak bersyukur dan tidak menerima takdir serta qodrat yang sudah ditetapkan Tuhan.
“Allah telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan sesuai fitrahnya. Laki-laki hendaklah hidup dan berperilaku sebagai laki-laki dan perempuan juga sebagai perempuan serta jangan berlaku sebaliknya,” pungkasnya. (*/AK)
Discussion about this post