BAROMETER.ID (Bandar Lampung): Mahasiswa Lampung diwakili Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Unila dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Kelompok Studi Seni (UKMF KSS) FKIP Unila menggelar Pengadilan Cerpen terkait polemik penilaian Dewan Juri tangkai Lomba Penulisan Pekan Seni Mahasiswa Provinsi (Peksimprov) Lampung Tahun 2022 di Gedung Graha Mahasiswa Unila Lt. 2, Kamis (8/9/2022).
Berdasar pantauan Lampung barometer.id tampak hadir beberapa seniman Lampung Ari Pahala Hutabarat, Iswadi Pratama, Inggit Putria Marga, Yulizar Fadly, Habib, Agit Yogi Subandi, Rifian A. Chefi dan beberapa seniman lain dengan moderator dosen Unila Edi Siswanto, M.Pd. serta para mahasiswa.
Acara ini dilatarbelakangi ketidakpuasan dan gugatan mahasiswa peserta Peksimprov Lampung 2022 pada tangkai Lomba Penulisan Cerpen yang diselenggarakan
Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) Lampung di Universitas Teknokrat.
Keberatan para peserta ini dibuktikan dengan Surat Pernyataan Keberatan yang dikirimkan kepada ketua Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) Provinsi Lampung Prof. Dr. Yulianto, M.S. tertanggal 6 September 2022.
Perwakilan dari mahasiswa Adam yang juga Ketua UKMBS Unila menyoroti teknis pelaksanaan lomba oleh Universitas Teknokrat Indonesia. Dia menilai ada kecacatan dalam pemilihan juri yang kurang kompeten.
“Salah satu juri adalah dosen teknokrat, yang merupakan sebagai penyelenggara. Menurut saya ini sebuah kecacatan. Selain itu, setelah perlombaan selesai juga tidak ada evaluasi, padahal evaluasi merupakan hal sangat penting,” ucap Adam.
Dia juga mengatakan telah melakukan riset secara swadaya yang dibantu para seniman yang kompeten.
“Ada peserta lain yang lebih berhak mewakili Lampung ke Tingkat Nasional. Selain itu, kita merasa kurang puas karena terkesan tidak terjadi keseriusan dalam penyelenggaraan dan penilaian,” ujarnya.
“Ini jadi evaluasi bagi Universitas Teknokrat Indonesia sebagai penyelenggara.”
Mahasiswa lainnya, Nadila, menegaskan surat keberatan dan penyelenggaraan kegiatan ini bukan didasari karena Unila tidak menang, tapi lebih kepada perlunya penyelenggara serius dalam menyelenggaran sebuah even yang sangat penting ini.
“Jadi yang penting saya sampaikan adalah kegiatan ini diadakan bukan karena Unila tidak menjadi juara, tapi ini menjadi sebuah evaluasi agar penyelenggaraan even seperti ini harus serius. Tentu saja karya para peserta harus juga dikaji secara proporsional,” ucap Nadila.
Dia berharap ke depan penyelenggara BPSMI harus bersungguh-sungguh dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Sebab, menurut dia pemenang akan mewakili Lampung di tingkat nasional.
“Sekali lagi kami tegaskan kegiatan ini dilaksanakan bukan karena Unila tidak menang, tapi kita berharap penyelenggara bisa bersungguh-sungguh,” pungkasnya. (AK)
Discussion about this post