BAROMETER.ID (Tulang Bawang – Mesuji): Petani karet di Lampung mengeluhkan anjloknya harga jual getah karet yang kini hanya Rp4.000 – Rp6.000 per kilogram.
Menurut para petani, rendahnya harga jual getah karet ini tidak sebanding dengan kenaikan harga sembako pascakenaikan harga BBM sejak awal September lalu.
“Kalau memang harganya bertahan seperti ini, mungkin beberapa bulan ke depan tidak ada lagi petani karet. Sekarang saja sudah banyak yang berniat untuk menebang batang karet yang sudah bertahun-tahun dirawat,” ucap Ardi, salah satu petani karet di Kabupaten Mesuji.
Ardinya juga mengeluhkan harga pupuk yang tinggi yang mengakibatkan petani kesulitan untuk merawat kebun karet miliknya dengan maksimal sehingga hasil sadapnya juga tidak memuaskan.
“Kalau petani kecil seperti saya ini hasilnya hanya bisa untuk bertahan hidup Mas, itu juga ngos-ngosan. Kita biasanya jual setiap dua minggu, rata-rata 75 kilogram sampai 100 kilogram dengan harga rata-rata Rp5.000 per kilo. Bisa di hitung hasilnya berapa, belum untuk obat pembeku, belum pupuk dan lain-lain. Belum biaya anak sekolah. Kalau dihitung-hitung hasilnya nggak masuk, tapi mau gimana lagi,” ujar Ardi pada lampungbarometer.id (grup barometer.id), Rabu (28/9/2022).
Keluhan yang sama juga disampaikan Doni, petani karet di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang bingung dengan anjloknya harga getah karet. Dia berharap pemerintah bisa melakukan langkah-langkah yang pro terhadap petani sehingga nasib mereka tidak semakin parah.
Doni juga mengatakan selama ini dia mengandalkan kebun karet seluas sekitar tiga perempat hektar sebagai penopang hidupnya dan keluarga. Oleh sebab itu, dia mengaku anjloknya harga karet dan naiknya harga kebutuhan pokok, membuat kehidupan ekonominya semakin sulit.
“Tahun-tahun pascapandemi nasib petani semakin sulit. Harga BBM naik, sementara harga karet turun, bingung mau ngomong apa. Hanya bisa pasrah, apalagi harga karet anjlok total hanya berkisar Rp4.500 – Rp5.500 per kilogram, bergantung kandungan kadar airnya. Rencananya, saya mau merantau Mas ke Jawa atau Pulau Bangka jadi buruh harian aja. Semoga pemerintah bisa segera memberi solusi yang menguntungkan petani,” ujar Doni.
Sementara itu, salah satu pengepul karet di Kabupaten Lampung Utara mengaku membeli karet dari petani seharga Rp5.500 hingga Rp6.500 bergantung kualitasnya.
“Kita beli dari petani seharga Rp5.500 hingga Rp6.500, tergantung kualitas. Kemudian kita jual ke pabrik seharga Rp8.000 sampai Rp8.500. Harga itu belum dipotong upah muat dan biaya angkut,” ucap pengusaha lapak karet yang minta namanya jangan ditulis. (herdi)
Discussion about this post