BAROMETER.ID (Jakarta): Ditutupnya Koran SINDO versi cetak dan versi e-print pada 17 April 2023, sekali lagi menunjukkan beratnya problem dan tantangan yang dihadapi media cetak di era internet.
Hal itu dikatakan wartawan senior dan praktisi media Dr. Satrio Arismunandar, di Jakarta, Selasa (18/4/2023). Dia mengatakan kegagalan dalam mengatasi tantangan itu pada akhirnya berujung ke penghentian penerbitan.
Menurut Satrio Arismunandar –yang cukup lama bekerja di surat kabar dan majalah versi cetak-industri media cetak memang menghadapi beberapa masalah dan tantangan di era internet, yaitu sebagai berikut:
Pertama, penurunan jumlah pembaca. Satrio yang kini mengelola media online menilai munculnya internet telah menyebabkan penurunan jumlah pembaca media cetak, karena lebih banyak orang beralih ke sumber online untuk berita dan informasi.
Kedua, kehilangan pendapatan. Dengan peralihan ke media digital, outlet media cetak mengalami kerugian pendapatan yang signifikan akibat penurunan pendapatan iklan dan langganan.
Ketiga, persaingan yang meningkat. Munculnya media online telah meningkatkan persaingan untuk outlet media cetak karena platform digital lebih mudah diakses dan hemat biaya bagi pengiklan.
Keempat, kesulitan memonetisasi konten. Sekjen Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA ini menilai media cetak kesulitan memonetisasi konten mereka secara online. Hal ini karena pendapatan iklan online lebih rendah daripada pendapatan iklan cetak, dan banyak orang enggan membayar konten online.
Kelima, jangkauan yang terbatas. Outlet media cetak memiliki jangkauan yang terbatas dibandingkan dengan media online, karena terbatas pada lokasi geografis dan jaringan distribusinya.
Keenam, kemampuan terbatas untuk menanggapi berita terkini. Media cetak memiliki kemampuan terbatas untuk menanggapi berita terkini dengan cepat, karena mereka terikat oleh jadwal pencetakan dan jadwal distribusi.
“Tantangan-tantangan ini mempersulit outlet media cetak beradaptasi dan berkembang di era internet. Banyak yang harus ditutup atau beralih ke format digital,” ujar pria yang pernah menjadi dosen Ilmu Komunikasi FISIP UI dan beberapa kampus swasta ini. (*/Waja)
Discussion about this post