MALAM mulai merangkak di batang-batang tiang lampu jalan, saat Matt Pedom dan Man Spatbor tiba di rumah Mul Sangkut, broker proyek sekaligus makelar kasus paling terkenal di Umbul Timput. Konon nama itu melekat karena lelaki yang selalu tampil klimis dan biasa memakai canklong itu punya banyak sangkutan.
Memasuki ruang tengah rumah berornamen mewah khas orang kaya itu, terdengar beberapa orang berdebat soal nama partai yang baru akan mereka dirikan. Suara Udin Spiker yang khas langsung dikenali Matt Pedom.
Yaap… kedatangan Matt Pedom ke rumah Mul Sangkut malam ini adalah ikut rapat membahas nama partai yang akan didirikan, karena sebentar lagi Republik Kocok Bekem bakal menggelar Pemilu. Seluruh rakyat di seantero negeri menyambut gembira, termasuk rakyat Umbul Timput.
Tepat saat Matt Pedom dan Man Spatbor duduk, suasana semakin riuh dan agak panas. Semua bertahan, ngotot agar nama yang mereka usulkan bisa menjadi nama partai yang akan mereka dirikan.
Perdebatan terus berlangsung tapi Matt Pedom terkesan tak acuh. Hanya beberapa menit setelah pantatnya menemukan tempat duduk yang pas, dia mulai sulit menahan kantuk. Matanya mulai “kriyep-kriyep”, lalu kepalanya tertunduk jatuh dengan mata setengah pejam. Kemudian, dengkurnya terdengar. Matt Pedom lelap dengan posisi duduk.
“Kalau nurut saya, nama partai kita nanti harus kelihatan berwibawa dan pro rakyat,” keras suara Dul Spiker.
“Coba kasih contoh nama-nama yang cocok menurut kamu Dul,” Udin Pacul menimpali.
“Gini, misalnya Partai Semoga Semua Sentosa atau Partai Bela Rakyat Melarat. Bisa juga nama-nama lain yang mengesankan idealisme,” jawab Dul Spiker menggelegar. Giginya yang agak tonggos mengilau diterpa cahaya lampu neon, sementara “jigongnya” bertebaran tak karuan. Ngeerii!
“Saya nggak setuju, karena banyak partai yang namanya “sok idealis” gitu kinerjanya selalu buruk dan bobrok. Nama partai kita nanti sebaiknya mengesankan pergerakan. Saya mengusulkan namanya Partai Gerakan Bela Rakyat. Kalau disingkat “Partai Gerak Berak,” kata Udin Pacul gak mau ketinggalan.
“No, saya tidak setuju. Nama itu terkesan jorok, kurang cerdas dan cenderung “halu”, seakan-akan membela rakyat, tapi sebenarnya nol besar karena akhirnya rakyat dikorbankan,” tegas Jon Cebok.
Malam makin larut, gelas-gelas kopi sudah hampir kosong tapi perdebatan semakin panas, semua bertahan dengan usulannya masing-masing.
“Kalau nurut kamu gimana Lai, ada usul nggak? Dari tadi saya liat kamu sibuk main hape aja. Sudah lagi kamu ngerayu gadis gadis itu, ingat malu sama umur,” kata Dul Spiker pada Abun Jablai yang sejak tadi memang sibuk mainin hape.
“Coba kalau ngomong agak pelan dikit Dul, kamu bikin kaget aja,” ucap Abun Jablai dengan suara tak kalah keras. Dia tersinggung.
“Gimana geh, memang sudah gini dari sananya. Kamu ini aneh,” kata Dul Spiker menggelegar.
“Saya ikut aja, coba tanya Matt itu,” ujar Abun sambil melanjutkan mengirim pesan WhatsApp yang tertunda, entah pada siapa.
“Nah, sekarang giliran kamu Matt, coba kamu ngomong dulu, jangan cuma pedom,” kata Jon Cebok sinis.
Matt Pedom ngucek-ngucek mata sekaligus membersihkan beleknya. Kepalanya terasa berat, dia masih ngantuk. Belum sempat bicara, dia dikejutkan aksi nekat seekor semut yang kejepit di keleknya, dan menyerang secara membabi buta.
Matt yang tekanjat, menjerit dan memaki.
“Sialan,” teriak Matt, tangannya bergerak cepat menyusuri ketiaknya yang terasa perih.
Semua terkejut. Semua mata memandang ke arahnya dengan tajam. Menyadari hal ini Matt langsung bereaksi.
“Maaf…kelek saya digigit semut,” ucapnya sambil memencet seekor semut warna merah gelap dengan ujung jarinya. Semua lega.
“Jadi kalau menurut kamu gimana Matt, apa nama partai kita nanti yang cocok,” kata Mul Sangkut yang sejak tadi diam.
Matt Pedom membisu, bingung. Karena dia memang tidak paham pelitik, apalagi urusan partai, tapi dia tidak mau terlihat bodoh di depan orang banyak. Dia mendehem lalu menggeser duduknya, ketiaknya masih terasa nyeri dan gatal. Rupanya gigitan semut tadi meninggalkan benjolan merah.
“Kalau kata saya, partai kita nanti tidak boleh menimbulkan persepsi tentang kebodohan, tidak sok idealis dan halu. Sebaliknya harus keren, penuh semangat, revolusioner dan mudah diingat,” ucap Matt Pedom nyerocos sambil tangannya sekali lagi menggaruk kelek.
“Udah gak usah banyak lagu Matt, bilang aja nama yang kamu usulkan apa,” ujar Man Spatbor sinis.
“Saya mengusulkan namanya Partai KELEK GATEL,” Semua saling pandang seperti mencemooh, sebagian mengernyitkan dahi, sebagian tak sanggup menahan tawa.
“KELEK GATEL itu akronim dari Kelompok Intelek Gagah Dan Jentel. Nama ini cerminan kekinian dan pergerakan arus bawah yang pro terhadap perubahan. Dengan logo tangan terkepal penuh dengan lengan hingga kelek lengkap dengan bulu keleknya yang menjuntai.”
Semua terdiam, bengong dengan apa yang disampaikan Matt Pedom. Tawa mereka semakin pecah.
“Bulu kelek adalah simbol perjuangan tanpa henti dan tidak kenal menyerah, tetap tumbuh meski sulit dan terjepit. Bulu kelek juga tumbuh memanjang ke bawah, sebuah analogi bahwa partai hadir untuk masyarakat bawah, rakyat jelata. Sempurna bukan?”
“Partai kita nanti akan mengusung slogan dan jargon ‘GARUK SAMPAI TUNTAS’ yang merupakan solusi terakhir bagi Republik Kocok Bekem agar maju dan bebas korupsi.”
“Hebat kamu Matt,” ucap Udin Pacul mulai kagum, yang diamini Dul Spiker dan yang lain.
“Mantap, ide kamu cemerlang Matt,” timpal Jon Cebok dan Mul Sangkut nyaris bersamaan.
“Sepakat. Kelek Gatel, Garuk Sampai Tuntas!
Kelek Gatel, Garuk Sampai Tuntas!
Kelek Gatel, Garuk Sampai Tuntas!” teriak mereka berbarengan sambil mengepalkan tinju ke arah langit.
Sementara itu, Matt Pedom mendadak gusar. Perutnya tiba-tiba melilit. Ada yang mendesak hendak keluar dan harus dibuang. Tak sanggup menahan, dia segera berlari “melipir” menembus gelap malam.
Tepat di ujung tikungan, di siring yang mengalir dekat semak-semak, Matt Pedom nongkrong dengan tergesa-gesa sambil menutup hidung. Bersamaan saat terdengar sesuatu jatuh ke siring, dia memandang langit gelap membayangkan Partai KELEK GATEL menang Pemilu di Republik Kocok Bekem. Dia tersenyum lega.
Matt…Matt… memang kamu itulah Matt. (*)
Discussion about this post