BAROMETER.ID (Tokyo): Jepang dihantam badai resesi seks. Pada 2022 tercatat angka kelahiran kurang dari 800 ribu, sedangkan pada tahun yang sama berdasarkan data BPS jumlah kelahiran di Indonesia mencapai 4,45 juta jiwa.
Padahal pada 1970-an angka kelahiran di Jepang masih terbilang tinggi, yaitu lebih dari 2 juta. Selain Jepang, ancaman ‘resesi seks’ juga melanda China, Korea Selatan, dan Singapura.
Resesi seks yang mengancam Jepang ini disebabkan tingginya biaya hidup bagi pasangan yang sudah berkeluarga serta mahalnya biaya perawatan kesuburan.
“Dukungan keuangan pemerintah di Jepang hanya sekitar setengah atau bahkan sepertiga dari yang disediakan negara-negara besar Barat,” ungkap Profesor Sosiologi di Universitas Chukyo, Matsuda Shigeki.
Data dari Bank Dunia mengungkapkan Jepang adalah negara dengan jumlah lansia (di atas 65 tahun) terbesar di dunia. Situasi ini menjadi masalah karena jumlah lansia tidak diimbangi dengan angka kelahiran yang tinggi. Pada 2021, jumlah kelahiran hanya 811.622 dan merupakan yang terendah sejak 1899.
“Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat. Memfokuskan perhatian pada kebijakan mengenai anak dan mengasuh anak adalah masalah yang tidak bisa menunggu dan tidak bisa ditunda,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kepada anggota parlemen dikutip dari BBC, Minggu (29/1/2023).
Beberapa waktu lalu Pemerintah Jepang telah membahas strategi peningkatan angka kelahiran dengan membentuk panel ahli. Dalam panel tersebut seorang pejabat kementerian melaporkan laki-laki di Jepang menghabiskan sekitar dua jam sehari untuk mengurus rumah dan anak.
Berdasarkan survei, perempuan pun masih bekerja penuh waktu saat hamil dan setelah melahirkan. Sebanyak 40 persen responden mengaku sulit membagi waktu antara pekerjaan dan mengasuh anak. Oleh sebab itu, Pemerintah Jepang menyimpulkan penurunan angka kelahiran mungkin disebabkan jam kerja yang panjang.
Menurut data resmi, populasi di Negeri Matahari Terbit saat ini di bawah 125 juta jiwa.
Faktor yang memengaruhi resesi seks di Jepang antara lain:
1. Biaya hidup mahal
2. Perempuan fokus pendidikan dan karir
3. Akses kontrasepsi yang mudah
4. Perempuan memilih punya sedikit anak atau tidak punya anak sama sekali (childfree). (AK)
Discussion about this post